Banyak orang berkata penyesalan datang di akhir cerita, dan saat di awal cerita kita sudah yakin pilihan itu tidak akan berbuat penyesalan. Tak ada yang tau hal tersebut, kita hanya bisa memilih dan menerimanya dengan apa adanya. Seperti saat kita memilih pasangan hidup biasa di sebut juga pacar, di awal kita yang memilih bahwa dia layak untuk jadi pacar kita, tetapi kita tidak tau apakah itu layak untuk kedepannya hanya tuhan yang bisa menjawab pertanyaan itu.
Mempunyai pasangan hidup itu seperti kewajiban kita, seperti kewajiban sebagai warha negara kita berhak memilih secara bebas, acak bahkan dice. Pasangan hidup atau pacar bisa di artikan sebagai seseorang yang sangatlah penting untuk semua manusia yang pada umunya normal, yasudah jelas manusia adalah makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, walaupun dia marah kesemua orang gua yakin itu pasti tak akan lama, seberapa beratpun dan lamanya.
Ada beberapa hal yang gua pelajari dari refrensi-referensi buku fiksi, bahwa mengatakan hidup adalah anugrah maka harus di jalankan dengan tanggung jawab tetapi hidup hanya sebentar dan jika kita gagal melaksanakan tanggung jawab tersebut maka kita telah membuang anugrah itu. Walaupun kita hidup di tengah kesusahan, menderita, sengsara tetap saja itu adalah sebuah anugrah... anugrah hikmat yang di berikan oleh tuhan. Ketika kita hidup kita bertemu dengan orang tua, kita di manja, di lindungi, di kasih sayang dan sampai akhirnya itu semua sudah tidak kita jumpai saat kita tumbuh, tumbuh menjadi dewasa dan kebalikannya lah yang akan terjadi. Ketika dulu orang tua yang merawat kita kini kita yang merawat orang tua, itulah hidup yang selalu berputar.
Di dunia ini pasti ada yang namanya pertemuan dan perpisahan, hal tersebut tidak bisa kita hindari karena hidup penuh dengan perpindahan. Contoh seperti kantin, banyak orang datang untuk membeli makanan dan setelah dia membeli makanan lalu pergi tetapi yang gak berubah kantinya. Seperti pacaran cepat atau lambat pasangan kita pasti akan berubah dan berpisah, tetapi yang kita lakukan bukan menunggu perubahan itu datang dengan rasa ketakutan, tetapi yang bisa kita lakukan adalah memegang tangan pasangan kita dan memperlambat perpisahan dan perubahan itu yang akan terjadi.
Mempunyai pasangan hidup itu seperti kewajiban kita, seperti kewajiban sebagai warha negara kita berhak memilih secara bebas, acak bahkan dice. Pasangan hidup atau pacar bisa di artikan sebagai seseorang yang sangatlah penting untuk semua manusia yang pada umunya normal, yasudah jelas manusia adalah makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, walaupun dia marah kesemua orang gua yakin itu pasti tak akan lama, seberapa beratpun dan lamanya.
Ada beberapa hal yang gua pelajari dari refrensi-referensi buku fiksi, bahwa mengatakan hidup adalah anugrah maka harus di jalankan dengan tanggung jawab tetapi hidup hanya sebentar dan jika kita gagal melaksanakan tanggung jawab tersebut maka kita telah membuang anugrah itu. Walaupun kita hidup di tengah kesusahan, menderita, sengsara tetap saja itu adalah sebuah anugrah... anugrah hikmat yang di berikan oleh tuhan. Ketika kita hidup kita bertemu dengan orang tua, kita di manja, di lindungi, di kasih sayang dan sampai akhirnya itu semua sudah tidak kita jumpai saat kita tumbuh, tumbuh menjadi dewasa dan kebalikannya lah yang akan terjadi. Ketika dulu orang tua yang merawat kita kini kita yang merawat orang tua, itulah hidup yang selalu berputar.
Di dunia ini pasti ada yang namanya pertemuan dan perpisahan, hal tersebut tidak bisa kita hindari karena hidup penuh dengan perpindahan. Contoh seperti kantin, banyak orang datang untuk membeli makanan dan setelah dia membeli makanan lalu pergi tetapi yang gak berubah kantinya. Seperti pacaran cepat atau lambat pasangan kita pasti akan berubah dan berpisah, tetapi yang kita lakukan bukan menunggu perubahan itu datang dengan rasa ketakutan, tetapi yang bisa kita lakukan adalah memegang tangan pasangan kita dan memperlambat perpisahan dan perubahan itu yang akan terjadi.